Bagaimana cara orang Tiongkok kuno bercukur?

Pisau cukur

Mencukur adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari pria modern, tetapi tahukah Anda bahwa orang Tiongkok kuno juga punya cara bercukur sendiri. Pada zaman dahulu, mencukur tidak hanya untuk kecantikan, tetapi juga berkaitan dengan kebersihan dan keyakinan agama. Mari kita lihat bagaimana orang Tiongkok kuno bercukur.

Sejarah bercukur di Tiongkok kuno dapat ditelusuri kembali ke ribuan tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, mencukur merupakan kebiasaan kebersihan yang penting, dan masyarakat percaya bahwa menjaga kebersihan wajah dapat mencegah penyakit dan infeksi. Selain itu, mencukur juga dikaitkan dengan ritual keagamaan, dan beberapa kepercayaan agama mengharuskan umatnya mencukur jenggot untuk menunjukkan kesalehan. Oleh karena itu, mencukur memiliki arti penting dalam masyarakat Tiongkok kuno.

Cara bercukur orang Tiongkok kuno berbeda dengan zaman modern. Pada zaman dahulu, orang menggunakan berbagai macam alat untuk bercukur, yang paling umum adalah pisau cukur yang terbuat dari perunggu atau besi. Pisau cukur ini biasanya bermata satu atau bermata dua, dan orang dapat menggunakannya untuk memangkas janggut dan rambut mereka. Selain itu, beberapa orang akan menggunakan batu abrasif atau amplas untuk mengasah pisau cukur guna memastikan ketajaman mata pisau.

Proses mencukur di Tiongkok kuno juga berbeda dengan zaman modern. Pada zaman dahulu, pencukuran biasanya dilakukan oleh tukang cukur atau pisau cukur profesional. Para profesional ini biasanya menggunakan handuk panas untuk melembutkan kulit wajah dan janggut sebelum menggunakan pisau cukur untuk bercukur. Di beberapa keluarga kaya, orang juga menggunakan parfum atau rempah-rempah untuk menambah keharuman pada pencukuran.

Pentingnya masyarakat Tiongkok kuno terhadap bercukur juga dapat dilihat dalam beberapa karya sastra. Dalam puisi dan novel kuno, deskripsi tentang mencukur sering kali terlihat, dan orang menganggap mencukur sebagai perwujudan keanggunan dan ritual. Sastrawan dan cendekiawan kuno juga minum teh dan membacakan puisi sambil bercukur, dan menganggap bercukur sebagai manifestasi pencapaian budaya.

 

 


Waktu posting: 25 Sep-2024